Mengenal Budaya Jawa, Suku Terbesar Di Indonesia

Kebudayaan Jawa adalah salah satu kebudayaan di Asia yang paling kuno dan identik akan tradisi, perilaku, dan peralatan kuno. Kekayaan ini cukup nyata dari sejarah kebudayaan jawa yang berjalan terus menerus selama lebih dari seribu tahun di daerah-daerah tertentu di pulau jawa. Budaya Jawa itu berasal dari beraneka ragam tradisi, kepercayaan dan cara hidup.

Bagi orang Jawa yang tinggal di Pulau Jawa, kebudayaan adalah sesuatu yang mereka anut sesuai dengan kondisi dan situasi lokal, sejarah, dan pengaruh-pengaruh luar. Jadi, walaupun kebanyakan orang Jawa akan mengidentifikasi dirinya sendiri dengan kebudayaan Jawa; aspek dari cara hidup mereka akan bervariasi menurut dimana mereka tinggal.

Kebudayaan Jawa sebagai salah satu wujud penghayatan orang Jawa dan pengungkapan penafsiran mereka atas realitas. Kebudayaan Jawa bersifat konstruktif, teoritis, dan filosofis. Nilai-nilai hidup adalah wujud abstrak kebudayaan yang menjadi pedoman bagi perilaku manusia. Budaya Jawa pada umumnya mengutamakan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian dalam kehidupan sehari-hari.

Budaya Jawa juga menjujung tinggi etika sopan santun, kesopanan, dan kesederhanaan. Kaitan antara nilai dengan sikap hidup disebut dengan mentalitas. Misalnya sabar, rela (dalam bahasa jawa disebut dengan legowo), dan nrima  (menerima atau terbuka), andhap asor (rendah hati), tlaten (tekun). Setiap orang Jawa dengan sendirinya akan menerapkan etika sopan santun yang telah diajarkan oleh orang tuanya sejak ia masih kecil.

Budaya Jawa juga menghasilkan agama sendiri yaitu Kejawen. Kejawen berisikan tentang seni, budaya, tradisi, ritual, sikap serta filosofi orang-orang Jawa. Kejawen juga memiliki arti spiritualistis atau spiritualistis suku Jawa. Tetapi mayoritas orang Jawa sekarang menganut agama Islam dan sebagian kecil orang Jawa menganut agama Kristen atau Katolik.

Dahulu orang Jawa menganut agama Hindu, Buddha, dan Kejawen. Bahkan orang Jawa ikut menyebarkan agama Hindu dan Buddha dengan sejumlah kerajaan Hindu-Buddha Jawa yang berperan. Orang Jawa juga ikut menyebarkan agama Islam dan Kristen atau Katolik di Indonesia. Orang Jawa termasuk unik karena menjadi satu satunya suku di Indonesia yang berperan penting dalam menyebarkan 5 agama besar.

Dengan demikian, kebudayaan Jawa tidak hanya dimilki oleh satu agama, satu kepercayaan tetapi kompleks. Dalam masa sekarang kebudayaan Jawa masih terpelihara dengan baik oleh masyarakat Jawa sendiri.

Walaupun mereka telah jauh merantau di luar Pulau Jawa, kebudayaan Jawa tidaklah dilupakan. Sebagai masyarakat Jawa dan Indonesia semua orang dapat belajar dari kebudayaan Jawa yang harus di hidupi sebagai warisan leluhur Indonesia.

Dari segi bahasa Bahasa Jawa pertama-tama ditulis dalam aksara turunan aksara Pallawa yang berasal dari India Selatan. Aksara ini yang menjadi cikal bakal aksara Jawa modern atau Hanacaraka yang masih dipakai sampai sekarang. Dengan berkembangnya agama Islam pada abad ke-15 dan ke-16, huruf Arab juga dipergunakan untuk menulis bahasa Jawa; huruf ini disebut dengan nama huruf pegon. Ketika bangsa Eropa menjajah Indonesia, termasuk Jawa, abjad Latin pun digunakan untuk menulis bahasa Jawa.

Untuk filosofinya orang jawa pada dasarnya memiliki banyak sekali filsafat hidup yang dijadikan sebagai pedoman bermasyarakat. Namun terdapat tujuh filosofis dasar yang setidak-tidaknya menggambarkan perilaku budaya suku Jawa, yaitu :

  • Urip iku urup, (hidup itu menyala), maknanya adalah bahwa hidup sebagai manusia haruslah memiliki manfaat bagi manusia lain dan lingkungan alam sekitar.
  • Ojo Keminter Mengko Keblinger, Ojo Cidro Mundak Ciloko, (jangan menjadi orang yang sombong dengan kepandaian dan jangan menyakiti orang agar tidak dicelakai), maknanya hidup haruslah rendah hati dan selalu sportif.
  • Ojo Ketungkul Marang Jenenge Kalenggahan, Kadunyan lan Kemareman, (jangan menjadi orang yang hanya mengejar jabatan, harta dan kenyamanan), maknanya jangan terlalu mengutamakan jabatan/pangkat, harta dan kenikmatan dunia.
  • Wong Jowo Kuwi Gampang Ditekak-tekuk, (orang jawa itu mudah untuk diarahkan), maknanya bahwa orang Jawa itu mudah untuk beradaptasi dengan berbagai situasi lingkungan.
  • Memayu Hayuning ing Bawana, Ambrasta dur Hangkara (membangun kebaikan dan mencegah kemungkaran), maknanya adalah hidup didunia harus banyak-banyak membangun atau memberi kebaikan dan memberantas sikap angkara murka.
  • Mangan ora mangan sing penting kumpul (kebersamaan harus diutamakan), maknanya adalah bahwa kebersamaan dan gotong royong itu lebih penting dari yang selainnya.
  • Nrimo Ing Pandum, (menerima pemberian dari yang kuasa), maknanya adalah harus selalu bersyukur terhadap apa yang sudah dimiliki dan diberikan oleh Tuhan. 

Maka dari itu juga orang Jawa dikenal sebagai masyarakat yang berbudaya. Sangat banyak sekali seni tari yang merupakan hasil olah cipta, rasa dan karsa masyarakat Jawa. Sangat cocok sebagai terapi alami self healing.

Bahkan antara orang Jawa di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat, memiliki tarian khasnya masing-masing. Benang merah seni tari suku Jawa terletak pada tata tari yang luwes, kalem dan santun. Menggambarkan filosofis hidup suku Jawa yang cenderung menerima, selalu adaptif dengan segala situas dan kondisi serta mengutamakan tata krama.