Defenisi Budaya Korporat atau Korporasi

Korporatisasi merupakan dampak dari pertempuran interdisipliner dalam dunia ilmiah. Invasi ilmu ekonomi (economic science) terhadap seluruh aspek kehidupan masyarakat, terutama selesainya cold war, serta lahirnya pasar besar, menjadikan koorporasi menjadi trend masa kini. Koporatisasi adalah proses yang proses berorientasi pada profit oriented (orientasi pada keuntungan).

Defenisi Budaya Korporat atau Korporasi
Defenisi Budaya Korporat atau Korporasi

Triton PB dalam Manajemen Strategis menyatakan bahwa korporat adalah salah-salah trend untuk dapat mengembangkan organisasi dan perusahaan besar. Korporat pula merupakan jenis dari sebuah pendekatan dalam meningkatkan motivasi kerja dan delegasi wewenang yang lebih meluas.

Dengan demikian, budaya korporat adalah suatu tradisi yang dikembangkan pada perusahaan besar untuk meningkatkan daya saing dan pelayanan yang baik terhadap costumer.

Budaya Korporat Menurut Para Ahli

Tidak jauh berbeda dari Triton, H.A.R Tilaar, mengungkapkan alur kesejarahan ilmu ekonomi atau manajemen mengalami beberapa fase. Pertama Kejayaan manajerialisme (1880-PD II). Frendick Taylor melahirkan “Scientific management”, semenjak itu karyanya dianggap sebagai raja dari kemajuan pesat industralisme di Amerika Serikat.

Kedua Kejayaan Rasionalisme. Fase ini adalah ekspansi dari revolusi yang dibangun oleh beberapa negara. Revolusi ini menimbulkan ilmu pengetahuan “management information sistem”, yaitu suatu sistem manajerial yang mengajarkan tentang, Planning, Programing, MBO, ZBD, dan Total Quality Management (TQM).

Dari ini semua, maka menimbulkan istilah korporatisasi dalam dunia bisnis dan perusahaan. Oleh karena korporatisasi menjadi trend dan merangsak masuk keseluruh aspek kehidupan manusia dalam segala bidang. Maka, timbullah istilah budaya korporat.

Budaya korporat menurut Rhenald Kasali adalah lawan dari budaya birokratis yang serba formal. Budaya birokratis adalah budaya prosedural yang tertata dengan statis dan kaku, tidak ada fleksibelita. Oleh sebab itu, ciri budaya korporat disebutkannya sebagai budaya yang ramah, kompetitif dan selalu menerima perubahan sebagai bentuk adapatasi dari internalisasi pengetahuan baru.

Pada umumnya, konsep budaya korporat dapat dilihat berdasarkan kepada beberapa unsur asas, nilai, norma dan kepercayaan yang dilaksanakan oleh anggota suatu organisasi. Konsep budaya korporat adalah ditunjukkan dengan jelas melalui bagaimana sesuatu kerja dalam sesebuah organisasi itu harus dilaksanakan dan dinilai.

Di samping itu, budaya korporat juga melibatkan hubungan para pekerja, baik di tingkat dalam maupun tingkat luar pada suatu organisasi. Karena itu, konsep budaya perusahaan adalah juga dilihat dalam bentuk hubungan sesama karyawan dalam sebuah organisasi serta hubungan dengan pihak lain yang berhubungan seperti pelanggan, pemasok atau lembaga pemerintah yang lain.

Diatas sudah disebutkan dengan gamblang pereduksian terminologis Budaya Korporat. Tapi, secara etimologi ilmu manajemen, budaya adalah satu set nilai, penuntun kepercayaan akan suatu hal, pengertian dan cara berfikir yang dipertemukan oleh para anggota organisasi dan diterima anggota baru.

Tujuan budaya adalah melengkapi para anggota dengan rasa identitas organisasi dan menimbulkan komitment terhadap nilai-nilai yang dianut organisasi. Sedangkan budaya perusahaan pada sisi yang sama merupakan penerapan nilai-nilai dalam suatu masyarakat yang terikat bekerja di bawah naungan suatu perusahaan.

Budaya perusahaan umumnya terdiri atas dua lapisan. Pertama adalah lapisan umumnya mudah dilihat dan sering dianggap mewakili budaya perusahaan secara menyeluruh. Lapisan pertama ini disebut Visible Artifacs. Lapisan ini terdiri atas cara berperilaku, berbicara, dan berdandan. Termasuk pula simbol-simbol yang dipakai, kegiatan protokoler (seremonial), dan cerita-cerita yang sering dibicarakan oleh para anggota. Ini disebut dengan identitas.

Kedua Lapisan yang lebih dalam itulah yang sesungguhnya budaya. Ini terdiri dari nilai-nilai pokok, filosofi, asumsi, kepercayaan dan proses berfikir dalam perusahaan. Untuk mengartikan budaya perusahaan, seorang praktisi dapat melakukan analisis yang dimulai dari Visible Artifacs, kemudian melakukan penelurusan terhadap pidato-pidato pendiri, wawancara yang dimuat media massa, kejadian penting yang menyebabkan perusahaan harus mengambil tindakan drastis, sejarah perusahaan dan mission statement perusahaan.