Soetan Sjahrir, Perjoeangan Kita: Revolusi


Soetan Sjahrir, Perjoeangan Kita: Revolusi Kerakyatan

Revolusi kita ini yang keluar berupa revolusi nasional, jika dipandang dari dalam berupa revolusi kerakyatan. Meskipun kita telah berpuluh tahun berada di dalam lalu-lintas dunia modern, meskipun masyarakat negeri kita telah sangat dirubah dan dipengaruhi olehnya, akan tetapi di seluruh kehidupan rakyat kita terutama di desa, alam kehidupan serta pikiran orang masih feodal.

Penjajahan Belanda berpegang pada segala sisa-sisa feodalisme itu untuk menahan kemajuan sejarah bangsa kita. Begitu umpamanya pangrehpraja tak lain dari alat yang dibuat oleh penjajah Belanda dari warisan feodal masyarakat kita. Berupa-rupa aturan yang dilakukan atas rakyat kita di desa tak lain daripada lanjutan yang lebih teratur daripada kebiasaan feodal, demikian penghargaan yang begitu rendah terhadap diri orang desa, yang masih dipandang setengah budak-belian, bukan saja di dalam mata kaum ningrat kita, akan tetapi juga di dalam pandangan kaum penjajah Belanda.

Penjajah Belanda itu mencari kekuatannya dengan perkawinan rasio-modern dengan feodalisme Indonesia, menjadi akhirnya contoh fasisme yang terutama di dunia ini. Fasisme di tanah jajahan jauh mendahului fasisme Hitler ataupun Mussolini. Sebelum Hitler mengadakan concentrasikamp Buchenwald atau Belzen, Boven-Digul sudah lebih dahulu diadakan.

Oleh karena itu maka pergerakan rakyat kita dari sejak mula di dalam menentang penjajahan asing sebenarnya menentang feodal-bureau-kraie dan akhirnya autokraie dan fasisme jajahan Belanda, dan oleh karena itu pergerakan kerakyatan yang sejai. Tuntutan kedaulatan rakyat di dalam pergerakan kita itu memang sebagai gambaran yang sebenarnya tentang persoalan rakyat kita terhadap penjajahan asing yang autokrais dan fasisis itu. Rakyat di dalam perjuangan sebagai bangsa menuntut hak-hak kemanusiaannya, yang akan memberi ia jaminan, bahwa ia tak akan dapat diperlakukan lagi sebagai budak-belian.

Oleh karena itu maka di dalam pandangan kita revolusi kita sekarang adalah revolusi nasional dan revolusi kerakyatan yang bersangkutan dengan alam feodal di negeri dan masyarakat kita, terutama desa. Akan tetapi tentu saja kita tak dapat menyamakan revolusi kita ini dengan umpamannya revolusi Perancis. Kita berada di dalam dunia yang telah dapat mempergunakan kekuatan atom, dengan teknik dan susunan serta kepintaran yang sama sekali tak dapat disamakan dengan dunia dan keadaan waktu jaman revolusi Perancis.

Masyarakat kita sendiri mengenal susunan trust dan kartel, telegrap, radio, pabrik-pabrik dan perusahaan kapital besar, seperi minyak, dll., yang menyatakan pada kita, bahwa meskipun kita menetapkan bahwa revolusi kita ini revolusi kerakyatan, sekali-kali kita jangan keliru hingga hendak menyamakannya dengan revolusi Perancis, di dalam kedudukan dan kemungkinannya. 

Tatkala revolousi Perancis belum ada kapitalisme dan imperialisme dunia, seperi yang digambarkan di atas, serta dunia belum pula menjadi satu di dalam perhubungan ekonomi seperi sekarang, dan pula susunan dan kedudukan masyarakat serta negeri Perancis berbeda sama sekali dengan susunan dan kedudukan masyarakat dan negeri kita Indonesia sekarang. 

Perancis serta revolusi Perancis adalah perinis serta pembuka jalan untuk dunia yang kapitalisis-imperialisis, sedangkan revolusi kita ini sebenarnya harus dipandang revolusi yang akan turut menutup sejarah kapitalisisimperialis, sehingga perjuangan sosial yang telah berlaku di dunia sebagai akibat dari sistem kapitalis-imperialis, yang merupakan perjuangan kaum buruh, perjuangan kaum sosialis dan segala kemenangan-kemajuannya, seperi terdapat di dunia pada waktu ini, tentu membedakan benar kedudukan revolusi kita dari revolusi Perancis, yang hanya demokraisburgerlijk itu. 

Jadi memang revolusi kita ini tak dapat lain dari juga bercorak sosial. Bahwa di dalam revolusi kita ini kaum buruh berkedudukan yang pada pokoknya lain daripada kaum buruh di negeri Perancis di dalam jaman revolusi Perancis, meskipun di dalam mentaliteit-nya terdapat beberapa persamaan, yaitu tanda mudanya dan kekurangan kesadaran kelas. 

Corak sosial revolusi kita ini menunjukkan pula kemungkinan sosial yang ada di dalam revolusi kita. Sebab segala faktor ini dinamis. Tetapi seperi telah dikemukakan di atas segala-gala ini terutama tergantung pada keadaan serta kemungkinan internasional, untuk negeri kita. Subjekif memang corak sosial revolusi kita akan dapat lebih jelas dan mendalam, akan tetapi objekif kemungkinan berlanjutnya akan sama sekali tergantung daripada perubahanperubahan yang akan berlaku di dunia. Batasbatasnya telah saja dikemukakan di atas.


Soetan Sjahrir, Perjoeangan Kita: Revolusi Nasional

Ke luar bentuk revolusi berupa nasional, ke dalam menurut hukum masyarakat demokrais dengan corak sosial. Jika kurang memahamkan kebenaran sehingga ke dalam pun yang kita anjurkan hanya revolusi nasional saja dengan tidak ada atau kurang pengerian tentang kedudukan demokrasi di dalam pengorbanan masyarakat kita, bahaya sangat besar bahwa kita, oleh karena tak dapat mengukur musuh kita feodalisme kita berkawan dengan semangat feodalisme yang masih hidup sesuai dengan semacam nasionalisme, menjadi nasionalisme yang mempunyai semacam solidarisme, yaitu solidarisme-feodal (yang hierarkis), menjadi fasisme alias musuh kemajuan dunia dan rakyat yang sebesarbesarnya. Idiologi yang kelihatan seperi kacau sekarang, kerap kali tampak sebagai semacam nasionalisme atau nasional-komunisme ala Hitler atau Mussolini.

Oleh karena itu maka di dalam menyusun kekuatan masyarakat kita di dalam revolusi kita ini, harus kita sedikitpun tak boleh lupa, bahwa kita mengadakan revolusi demokrasi. Revolusi nasional itu hanya buntutnya daripada revolusi demokrasi kita.

Bukan nasionalisme harus nomor satu, akan tetapi demokrasi, meskipun kelihatannya lebih gampang, kalau orang banyak dihasut membenci bangsa asing saja. Memang benar bahwa cara demikian buat sementara berhasil, (lihat saja sukses Mussolini, Hitler, Franco, Ciang Kai Shek dll.) akan tetapi untuk kemajuan masyarakat perbuatan demikian tetap reaksioner dan bertentangan dengan kemajuan dunia, dan perjuangan sosial seluruh dunia, orang yang menganjurkannya tetap musuh rakyat, meskipun sedikit waktu didewakan rakyat seperi Hitler dan Mussolini.


Soetan Sjahrir, Perjoeangan Kita: Revolusi dan Pembersihan

Dengan penentuan alam perjuangan kita seperi di atas, maka nyata bahwa revolusi kita ini harus dipimpin oleh golongan demokrais yang revolusioner dan bukan oleh golongan nasionalisis yang pernah membudak kepada fasis-fasis lain, fasis kolonial Belanda atau fasis militer Jepang. Perjuangan demokrasi revolusioner itu memulai dengan membersihkan diri dari noda-noda fasis Jepang, mengungkung penglihatan orang-orang yang masih jiwanya terpengaruh oleh propaganda Jepang dan didikan Jepang. 

Orang-orang yang sudah menjual jiwa dan kehormatannya kepada fasis Jepang disingkirkan dari pimpinan revolusi kita (orang-orang yang pernah bekerja di dalam propaganda, polisi rahasia Jepang, umumnya di dalam usaha kolone 5 Jepang). Orang-orang ini harus dianggap sebagai pengkhianat perjuangan dan harus diperbedakan dari kaum buruh biasa yang bekerja hanya untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidupnya. 

Jadi sekalian poliieke collaboratoren dengan fasis Jepang seperi yang disebutkan di atas harus dipandang sebagai fasis sendiri atau perkakas dan kaki tangan fasis Jepang dan tentu sudah berdosa dan berkhianat pada perjuangan dan revolusi rakyat.

Negara Republik Indonesia yang kita jadikan alat dalam revolusi rakyat kita, harus kita jadikan alat perjuangan demokrais, dibersihkan dari sisa-sisa Jepang dan fasismenya. Undang-undang dasar yang belum sempurna demokrais itu ditukar dengan undang-undang dasar demokrais yang tulen, yang menerakan sebagai pokok dari segala susunan negara adalah hak-hak pokok rakyat, yaitu hal-hal kemerdekaan berikir, berbicara, beragama, menulis, mendapat kehidupan, mendapat pendidikan, turut membentuk dan menentukan susunan dan urusan negara dengan hak memilih dan dipilih untuk segala badan yang mengurus negara.


Soetan Sjahrir, Perjoeangan Kita: Revolusi dan Partai

Untuk dapat menyusun segala tenaga buat mengerjakan revolusi dengan tepat dan teratur, pimpinan harus merupakan suatu balatentara yang membentengi idiologi dan pengetahuan yang tersusun rapi di dalam suatu partai revolusioner. 

Partai revolusioner yang berideologi dan berteori lengkap dan rapi dan berorganisasi modern dan eisien yang perlu akan memimpin revolusi, yaitu mengurus segala kekuatan masyarakat yang akan dapat diperjuangkan menetapkan strategi dan takik perjuangan, membentuk dan mempergunakan segala alat dan senjata perjuangan. 

Partai ini harus partai kerakyatan yang revolusioner, sebaiknya dipimpin oleh orang-orang yang berpengetahuan tentang perjuangan revolusioner yang modern, yang berpengetahuan dan berpengalaman tentang perjuangan revolusioner yang ada di dunia dan tahu menentukan langkah perjuangan kita dengan perubahan di dunia umumnya. Partai tak usah beranggota banyak asal saja dapat merupakan balatentara yang berdisiplin rapi dan mempunyai eiciency modern dan berbenteng ideologi dan pengetahuan yang kuat dan lengkap.


Soetan Sjahrir, Perjoeangan Kita: Revolusi dan Pemerintahan

Langkah yang pertama yang harus dilakukan di dalam keadaan sekarang untuk memperbaiki dan merubah keadaan adalah selain menyusun segala kekuatan revolusioner yang sadar di dalam suatu susunan partai yang berdisiplin, memperbaiki secepat mungkin kedudukan Negara Republik Indonesia, dan mencegah menjalarnya kekacauan di antara rakyat dengan cara yang tersusun. 

Secepat mungkin seluruh pemerintahan harus didemokraiseer, sehingga rakyat banyak masuk tersusun di dalam lingkungan pemerintahan. Ini mudah dikerjakan dengan menghidupkan dan di mana perlu membangunkan dewan-dewan perwakilan rakyat dari desa hingga ke puncak pemerintahan. Alat-alat kekuasaan pun seboleh-bolehnya didemokraiseer, sehingga mengecilkan jurang pertentangan pada rakyat banyak. Untuk sementara pangrehpraja lama dapat diberi kedudukan sebagai pengawas dan penasehat segala perubahan pemerintah di dalam daerahnya masing-masing atau ditarik ke kantor-kantor, ke polisi, agraria dan sebagainya. 

Dengan terbentuknya alat pemerintahan baru ini dengan sendirinya kekacauan mendapatkan bantahan pada pusatnya sendiri, yaitu di desa sendiri, serta pemerintahan mendapat alat yang dapat dipergunakan untuk menjalankan revolusi demokrasi juga di dalam alam ekonomi dan sosial desa. 

Masyarakat kita mendapat alat untuk disusun baru dari pokoknya, yaitu desa. Segala cita-cita pembaharuan masyarakat kita dapat dimulai membentuknya dari situ. Dengan sendirinya pula kedudukan kita terhadap dunia luar akan menjadi bertambah kuat. 

Usaha kita yang tersusun untuk terus menerus memperkuatkan kedudukan itu, adalah memperkuat organisasi negara kita secara demokrais, dan memperbesar kepercayaan dunia, bahwa kita sanggup mengatur rapi negara dan rakyat kita dengan idak mengecewakan perhubungan ekonomi, poliik dan kebudayaan kita dengan dunia luar negeri. 

Selama alam kita alam dunia kapitalis, terpaksa kita menjaga jangan sampai kita dimusuhi oleh dunia kapitalis itu, jadi membuka negara kita untuk lapang usaha mereka sedapat mungkin, yaitu dengan batas, bahwa keselamatan rakyat idak akan terganggu olehnya. Demikian pula terhadap pemasukan orang-orang asing ke dalam negeri kita.

Di dalam masyarakat yang berdasar demokrais yang kuat dan sehat, segala ini dapat dipikul dengan mudah, dengan tak perlu menimbulkan perbencian golongan-golongan berdasar atas kebangsaan seperi terdapat sekarang. Segala hukum dan hal penduduk diatur secara demokrais dengan semangat kemanusiaan dan kesosialan.


Daftar Isi Buku Soetan Sjahrir: Perjoeangan Kita