Sejarah Kedatangan Islam Pertama Kali Ke Papua

Kedatangan Islam pertama kali di Tanah Papua memang topik yang menarik untuk diketahui. Karena banyak muncul pertanyaan tentang Islam datang pertama kali ke Papua pada tahun berapa? siapa yang membawanya? dan lain-lain. Sejarah masuknya Agama Islam ke wilayah paling timur Nusantara ini dapat menambah Wawasan Nusantara bagi kita semua. Wawasan Nusantara yang bermanfaat untuk sekedar menambah pengetahuan, atau menguatkan Prinsip Nasionalisme kita semua. Yuk kita baca.

Sejarah Islam di Tanah Papua

Menurut HJ. de Graaf, seorang ahli sejarah asal Belanda, Islam hadir di Asia Tenggara melalui tiga cara:

  • Pertama, melalui dakwah oleh para pedagang Muslim dalam alur perdagangan yang damai;
  • Kedua, melalui dakwah para dai dan orang-orang suci yang datang dari India atau Arab yang sengaja ingin mengislamkan orang-orang kafir; dan
  • Ketiga, melalui kekuasan atau peperangan dengan negara-negara penyembah berhala.

Dari catatan-catatan yang ada menunjukkan bahwa kedatangan Islam di tanah Papua, sesungguhnya sudah sangat lama. Islam datang ke sana melalui jalur-jalur perdagangan sebagaimana di kawasan lain di Nusantara.

Sayangnya hingga saat ini belum ditentukan secara persis kapan hal itu terjadi. Sejumlah seminar yang pernah digelar seperti di Aceh pada tahun 1994, termasuk yang dilangsungkan di ibukota provinsi Kabupaten Fakfak dan di Jayapura pada tahun 1997, belum menemukan kesepakatan itu. Namun yang pasti, berdasarkan data otentik yang diketemukan saat ini menunjukkan bahwa muballigh-muballigh Islam telah lebih dahulu berada di sana.

Aktivitas dakwah Islam di Papua merupakan bagian dari rangkaian panjang syiar Islam di Nusantara. Menurut kesimpulan yang ditarik di dalam sebuah seminar tentang masuknya Islam ke Indonesia, Medan 1963, Islam masuk ke Indonesia sudah sejak abad ke-7 dan ke-8 Masehi. Di mana daerah pertama yang didatangi oleh Islam adalah pesisir Utara Sumatera, dan setelah berkembangnya para pemeluk Islam, maka kerajaan Islam yang pertama di Indonesia ialah Kerajaaan Perlak, tahun 840, di Aceh.

Perkembangan agama Islam bertambah pesat pada masa Kerajaan Samudera Pasai, sehingga menjadi pusat kajian Agama Islam di Asia Tenggara. Saat itu dalam pengembangan pendidikan Islam mendapatkan dukungan dari pimpinan kerajaan, sultan, uleebalang, panglima sagi dan lain-lain. Setelah kerajaan Perlak, berturut-turut muncul Kerajaan Islam Samudera Pasai (1042), Kerajaan Islam Aceh (1025), Kerajaan Islam Benua Tamiah (1184) , Kerajaan Islam Darussalam (1511) .

Sebagian ahli sejarah berpendapat bahwa sebelum tahun 1416 Islam sudah masuk di Pulau Jawa. Penyiaran Islam pertama di tanah Jawa dilakukan oleh Wali Songo (Wali Sembilan). Yang terkenal sebagai orang yang mula-mula memasukkan Islam ke Jawa ialah Maulana Malik Ibrahim yang meninggal tahun 1419. Ketika Portugis mendaratkan kakinya di pelabuhan Sunda Kelapa tahun 1526, Islam sudah berpengaruh di sini yang dipimpin oleh Falatehan. Putera Falatehan, Hasanuddin, pada tahun 1552 oleh ayahnya diserahi memimpin Banten.

Di bawah pemerintahannya agama Islam terus berkembang. Dari Banten menjalar ke Lampung,Sumatera  Selatan, dan Bengkulu. Juga di pulau Madura agama Islam berkembang.

Islam di Kabupaten  Fakfak, Papua Barat

Kabupaten Fakfak sendiri yang memiliki luas wilayah 38.474 km2 dan berpenduduk sebanyak 50.584 jiwa (tahun 2000), justru sangat kental dengan Islam.

M. Syahban Garamatan, keturunan Raja Patipi, salah satu anak keturunan kerajaan yang pertama kali memeluk Islam di kabupaten itu mengatakan, kedatangan Islam di Fakfak sangat lama. Yang berarti Islamisasi di Papua khususnya di Fakfak telah dimulai sangat lama.

Banyak fakta yang bisa dijadikan saksi. Diantaranya adalah bukti otentik berupa keberadaan beberapa mushaf al-Qur’an dan kitab-kitab tua. Saat ini bukti otentik itu dijaga dengan baik oleh Ahmad Iba, salah satu pewaris Raja Patipi.

Mushaf al-Quran yang konon dibawa oleh Syeikh Iskandarsyah dari Kerajaan Samudera Pasai itu mendarat di daerah kekuasaan Kerajaan Mes, yang berada di daerah Kokas, sekitar 50 km dari pusat Kabupaten Fakfak. Di tempat ini ternyata sudah banyak penduduk yang masuk Islam. Bahkan dalam kerajaan itu pun terdapat masjid.

Selain mushaf al-Quran dan beberapa kitab-kitab tua, di kabupaten itu juga berdiri pusat ibadah umat Islam. Di Kampung Pattimburak, sekitar 10 km sebelum Kokas, berdiri sebuah masjid tua dengan arsitektur Portugis. Masjid Pattimburak, demikian kaum Muslim menyebut, diperkirakan dibangun sekitar tahun 1870 M. Namun sebagian masyarakat ada yang meyakini, masjid beratap dua tingkat berukuran sekitar 5 x 8 m persegi dan menyerupai bangunan gereja itu dibangun cukup lama. Ini saksi kehadiran agama Islam di kabupaten itu.

Islam di Papua Sejak Kerajaan Majapahit

Seorang Guru Besar Bidang Arkeologi Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang, Dr. Moehammad Habib Mustofo, yang sekaligus Ketua Asosiasi Ahli Epigrafi Indonesia (AAEI) Jawa Timur menjelaskan bahwa dakwah Islam sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit. Apalagi dengan diketemukanya data artefak yang waktunya terentang antara 1368-1611 M yang membuktikan adanya komunitas Muslim di sekitar Pusat Keraton Majapahit, di Troloyo, yakni sebuah daerah bagian selatan Pusat Keraton Majapahit yang waktu itu terdapat di Trowulan.

Kajian oleh L.C. Damais dan de Casparis dari sudut paleografi membuktikan telah terjadi saling pengaruh antara dua kebudayaan yang berbeda (yakni antara Hindu-Budha- Islam) pada awal perkembangan Islam di Jawa Timur. Data-data tersebut menjelaskan bahwa sesungguhnya dakwah Islam sudah terjadi terjadi jauh sebelum keruntuhan total kerajaan Majapahit yakni tahun 1527 M.

Dengan kata lain, ketika kerajaan Majapahit berada di puncak kejayaannya, syiar Islam juga terus menggeliat melalui jalur-jalur perdagangan di daerah-daerah yang menjadi kekuasaan Majapahit di delapan mandala (meliputi seluruh nusantara) hingga Malaysia, Brunei Darussalam, dan di seluruh kepulauan Papua.

Masa antara abad 14 sampai 15 memiliki arti penting dalam sejarah kebudayaan Nusantara. Pada saat itu ditandai hegemoni Majapahit sebagai Kerajaan Hindu-Budha mulai pudar. Sezaman dengan itu, muncul jaman baru yang ditandai penyebaran Islam melalui jalan perdagangan Nusantara.

Melalui jalur damai perdagangan itulah, Islam kemudian semakin dikenal di tengah masyarakat Papua. Kala itu penyebaran Islam masih relatif terbatas di kota-kota pelabuhan. Para pedagang dan ulama menjadi guru-guru yang sangat besar pengaruhnya di tempat-tempat baru.

Sebagai kerajaan tangguh masa itu, kekuasaan Kerajaan Majapahit meliputi seluruh wilayah Nusantara, termasuk Papua. Beberapa daerah di kawasan tersebut bahkan disebut-sebut dalam kitab Negarakertagama, sebagai wilayah yurisdiksinya. Keterangan mengenai hal itu antara disebutkan sebagai berikut:

“Muwah tang i Gurun sanusanusa mangaram ri Lombok Mirah lawan tikang i Saksakadi nikalun kahaiyan kabeh nuwati tanah i bantayan pramuka Bantayan len luwuk teken Udamakatrayadhi nikang sanusapupul”.

“Ikang sakasanusasanusa Makasar Butun Banggawai Kuni Ggaliyao mwang i [ng] Salaya Sumba Solot Muar muwah tigang i Wandan Ambwan Athawa maloko Ewanin ri Sran ini Timur ning angeka nusatutur”.

Dari keterangan yang diperoleh dalam kitab klasik itu, menurut sejumlah ahli bahasa yang dimaksud “Ewanin” adalah nama lain untuk daerah ” Onin” dan “Sran” adalah nama lain untuk “Kowiai”.

Semua tempat itu berada di Kaimana, Fak-Fak. Data tersebut menjelaskan bahwa pada zaman Kerajaan Majapahit sejumlah daerah di Papua sudah termasuk wilayah kekuasaan Majapahit.

Menurut Thomas W. Arnold : “The Preaching of Islam”, setelah kerajaan Majapahit runtuh, dikalahkan oleh kerajaan Islam Demak, pemegang kekuasan berukutnya adalah Demak Islam. Dapat dikatakan sejak zaman baru itu, pengaruh kerajaan Islam Demak juga menyebar ke Papua, baik langsung maupun tidak.

Dari sumber-sumber Barat diperoleh catatan bahwa pada abad ke 16, sejumlah daerah di Papua bagian barat, yakni wilayah-wilayah Waigeo, Missool, Waigama, dan Salawati, tunduk kepada kekuasaan Sultan Bacan di Maluku.

Catatan serupa tertuang dalam sebuah buku yang dikeluarkan oleh Periplus Edition, di buku “Irian Jaya”, hal 20 sebuah wadah sosial milik misionaris menyebutkan tentang daerah yang terpengaruh Islam.

Dalam kitab Negarakertagama, di abad ke 14 di sana ditulis tentang kekuasaan kerajaan Majapahit di Jawa Timur, di mana di sana disebutkan dua wilayah di Irian yakni Onin dan Seran. Bahkan lebih lanjut dijelaskan: Namun demikian armada-armada perdagangan yang berdatangan dari Maluku dan barangkali dari pulau Jawa di sebelah barat kawasan ini, telah memiliki pengaruh jauh sebelumnya.