Belajar Menjadi Pria Setia Dari Mohammad Hatta

“Saya tidak akan menikah sebelum Indonesia merdeka!” begitu sumpah Mohammad Hatta, tidak kalah hebohya dari sumpah Palapa milik Gajah Mada.

Ketika ditanya tentang alasan, ia mengatakan bahwa sumpahnya itu karena melihat situasi kala itu yang zaman perang. Banyak teman seperjuangannya yang wafat lalu meninggalkan kesedihan pada anak dan istri. Ia tidak ingin menyusahkan perempuan. Begitu prinsipnya, dan dia setia memegang sumpahnya itu.

Belajar Menjadi Pria Setia Dari Mohammad Hatta
Mohammad Hatta


Menjaga Jarak pada Wanita

Teman-teman Hatta sering penasaran, benarkah Hatta tidak mempan tergoda oleh wanita? Pernah teman-teman Hatta mengatur makan malam antara Hatta dengan seorang wanita Polandia yang sexy.

Mereka lalu makan malam bersama, selesai, lalu pulang, tanpa kata manis dari Hatta atau janjian bertemu di kesempatan berikutnya. Ketika teman-teman Hatta menanyakan pendapat wanita itu, wanita itu menjawab “dia (Hatta) seperti pendeta”

Tidak sedikit pemuda Indonesia yang bersekolah di Belanda. Tidak jarang budaya Barat seperti kencan, dansa, hura-hura juga tertular pada pemuda-pemuda Indonesia. Tapi Hatta berbeda, ia sama sekali tidak berminat dengan hal-hal seperti itu. Pernah Hatta sengaja mengotori tangannya dengan tinta, karena menghindari berdansa dengan wanita.

Soekarno bahkan pernah menggambarkan Hatta, jika seandainya Hatta dengan seorang wanita berada dalam 1 mobil yang mogok di daerah terpencil, wanita itu akan tidur di salah satu sudut dan Hatta di sudut yang lain. Hatta sama sekali tidak akan menyentuh wanita walau seberapa besar kesempatannya.

Ia tidak pernah berhubungan spesial dengan wanita manapun. Satu-satunya perempuan yang berhasil mendapatkan perhatian dan cintanya adalah Rahmi Rahim.

Rahmi Rahim dan Alam Pikiran Yunani

17 Agustus 1945, Indonesia telah merdeka, Hatta pun sudah merdeka dari ikatan janjinya yang tidak akan menikah. Soekarno lalu menjodohkan Hatta dan Rahmi Rahim, anak teman Soekarno yang bernama Rahim.

Terpaut 24 tahun, Hatta yang kala itu 43 tahun, sedang Rahmi 19 tahun, itu yang membuat keluarga Rahmi agak ragu. Usaha Soekarno berhasil setelah meyakinkan Rahmi bahwa Hatta adalah pria yang luar biasa baik.

Hatta memilih buku sebagai mas kawin untuk mempersunting Rahmi. Buku berjudul “Alam Pikiran Yunani” yang ia tulis sendiri semasa diasingkan di Banda Neira pada 1930an. Awalnya ibu Hatta gusar, masa buku dijadikan mas kawin? Padahal mereka punya emas dan uang. Tapi Hatta bersikeras bahwa buku yang ia tulis jauh lebih berharga ketimbang emas dan uang, untuk orang yang berharga pula, Rahmi. 18 November 1945, Hatta dan Rahmi resmi menikah.

Cara Hatta Mengungkapkan Rasa Cinta

Bahtera rumah tangga mereka berlangsung bahagia. Hatta yang dulu kaku pada perempuan, kini sering memperlihatkan sisi romantisnya pada sang istri. Saat Rahmi akan melahirkan anak pertama mereka, Hatta tiba-tiba masuk ke kamar bersalin, membawakan sandwich buatannya sendiri khusus untuk sang istri, untuk dimakannya sebelum berjuang melahirkan bayi mereka.

Mohammad Hatta - Rahmi Rachim

Kebiasaan Hatta saat bepergian bersama Rahmi juga sangat romantis. Ia selalu memberikan tempat yang bebas dari sinar matahari langsung buat istrinya, tidak mau jika istrinya kepanasan.

Dan dia juga selalu tahu cara terbaik untuk menyampaikan sesuatu tanpa melukai hati Rahmi. Seperti ketika Hatta tidak ingin jika Rahmi jadi gemuk, maka ia meminta adik Rahmi, Raharti untuk mengingatkan kakaknya. Ia tahu bahwa “kegemukan” bagi perempuan adalah hal yang sensitif, yang hanya bisa mengalir cair jika dibicarakan oleh 2 orang perempuan bersaudara.

Tetap Setia Hingga Akhir Hayat

Selama menjalani biduk rumah tangga dengan Rahmi tidak pernah sama sekali ada selentingan kabar tentang kedekatan Bung Hatta dengan wanita lain. Meski usia mereka terpaut 24 tahun, namun Rahmi bahagia menjadi pendamping Hatta. Rahmi pernah berkata “Setiap kesempatan yang kami jalani bersama terasa indah dan berharga, seperti serangkaian permata yang berharga.”

Hatta tetap setia pada Rahmi, begitupun Rahmi pada Hatta. Kendatipun masalah ekonomi setelah Bung Hatta melepaskan jabatan wakil presiden berat mereka jalani. Hatta sampai tidak mampu membeli sepatu Bally impiannya dan mesin jahit yang diidamkan Rahmi. Tapi mereka tetap saling mendukung dan bersinergi, membesarkan ketiga putri mereka, Meuthia Hatta, Gemala Hatta, dan Halida Hatta dengan penuh tanggung jawab.

14 Maret 1980, tiba saatnya mereka berpisah. Bung Hatta sang proklamator yang terkenal jujur dan sederhana itu berpulang ke hadirat ilahi pada usia 77 tahun. Ia meminta agar dimakamkan di Pemakaman Tanah Kusir Jakarta, di tengah-tengah rakyatnya.

Lalu 19 tahun kemudian Rahmi menyusul sang suami, ia tutup usia di umur 73 tahun pada 13 April 1999. Ia disemayamkan di samping kuburan bung Hatta, berdampingan dengan suaminya.