3 Fakta Soal Bung Karno Yang Belum Banyak Diketahui

3 Fakta Soal Bung Karno Yang Belum Banyak Diketahui
Bung Karno mungkin masih menjadi tokoh nomor 1 sebagai presiden paling diidolakan sepanjang sejarah Indonesia. Banyak hal yang sudah diketahui tentang sang singa podium ini. Namun ternyata masih ada saja hal-hal mendasar tentang beliau yang kurang diketahui.

Tempat Lahir

Sebagian buku-buku sejarah sekolah masih ada yang menuliskan tempat kelahiran Sukarno adalah di Blitar. Padahal, yang sebenarnya Sukarno tidak lahir di Blitar melainkan di Surabaya.

Makam Bung Karno dan ibundanya memang terletak di Blitar. Mungkin itulah yang menjadikan masyarakat mengira bahwa tempat lahir Sukarno juga di Blitar.

Penulisan Nama 

Berdasarkan sejarah, penulisan nama Sukarno sejak lahir benar “Soekarno” dengan menggunakan vocal “oe”. Pengejaan ini juga tampak dari tanda tangan Sukarno di lembar Proklamasi.

Namun, jika menilik pada kemauan dan seruan bung Karno, ia ingin jika namanya ditulis dengan ejaan menggunakan “u” yakni “Sukarno”. Alasan yang dikemukakan karena “Soekarno” adalah ejaan Belanda.

Hanya pada tanda tangan saja bung Karno mempertahankan penulisan “Soekarno” karena sulit untuk mengubah tanda tangan yang sudah puluhan tahun digunakannya. Hal ini disampaikan dalam buku Autobiografi Sukarno yang ditulis Cindy Adams pada halaman 32:

“Waktu di sekolah tanda tanganku dieja Soekarno, sesuai ejaan Belanda. Setelah Indonesia merdeka, aku memerintahkan agar semua oe diterjemahkan kembali menjadi u. Nama Soekarno menjadi Sukarno. Tetapi tidak mudah mengubah tanda tangan setelah berumur 50 tahun, jadi dalam hal tanda tangan aku masih menulis Soe.”

Amanah tentang Makam

Makam Sukarno berada di Blitar Jawa Timur, bersebelahan dengan makam ibu beliau. Namun sebelum wafat Sukarno mewasiatkan agar ia dimakamkan di Priangan tempat sejuk yang banyak pegunungan dan sungai mengalir.

Guruh Sukarnoputra pernah menuturkan permintaan Sukarno ini, “Saya cukup dikuburkan di sebuah pohon rindang. Makam saya tidak usah diapa-apakan, tidak usah diberi nisan dan tulisan macam-macam. Cukup batu sederhana dengan tulisan Sukarno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia”